Monday, June 11, 2018

[Pengalaman] Pengharapan, Keyakinan, dan Cinta


"Hope, Faith, Love" ciptaan  Eric Whitacre.
Kenapa tiga kata kerja ini yang dipilih oleh sang komponis?

Hope - Pengharapan. Bayangkan hidup tanpa punya harapan, keinginan, cita-cita. Pengharapan itu tidak harus yang mahal dan besar seperti travelling keliling dunia: pengen makan mie instan kuah hangat waktu cuaca dingin dan hujan lebat. Setelah harapan terpenuhi, perut kenyang, hati senang :) Naik level: apa yang mau dicapai setelah lulus kuliah misalnya. Kerja sebagai karyawan di kantor. Setelah itu, berlanjut keinginan untuk dapat tanggung jawab lebih besar di tempat kerja, jadi pemimpin, dan seterusnya.


Indah ya punya pengharapan? Hidup tidak akan membosankan, karena selalu ada yang kita cari. Selalu ada yang kita coba

Faith - Keyakinan. Bukan hanya keyakinan pada satu agama atau kepercayaan. Yakin akan mimpi, tujuan yang dicapai. Kenapa kita butuh keyakinan? Ada saatnya, kita terjebak, tidak bisa gerak kiri-kanan-depan-belakang, atau terlalu kelelahan. Tidak ada lagi barang fisik yang bisa meyakinkan kalau kita bisa maju lagi. Saat itulah apa yang kita yakini ambil peranan. Keyakinan itu tidak bisa dipegang, tidak bisa dirasakan, tapi dia ada. Buat saya, keyakinan itu yang saya rasakan memeluk dan mengangkat saya lagi untuk siap maju. 



Indahnya punya keyakinan? Mau sebagaimana pun kita terluka atau babak-belur, tetap ada alasan untuk kita bangun lagi dari keterpurukan.

Love - Cinta. Cinta keluarga, cinta pasangan, cinta gadget, cinta mobil kesayangan, cinta binatang peliharan... sudahkah mencintai diri sendiri? Karena tanpa mencintai diri sendiri, apapun yang kita punya tidak pernah akan memenuhi keinginan kita. Mencintai apa yang kita punya, entah itu baik atau buruk, kalau kita sudah mencintai diri sendiri, tak akan lagi keburukan jadi kesedihan. 


Indahnya punya cinta? Tanpa cinta, tidak ada mengasihi dan memaafkan. Tanpa cinta, tidak ada kesabaran.

9 tahun berlalu semenjak saya mengenal lagu "Hope, Faith, Love", akhirnya saya mengerti kenapa tiga kata saja sudah sangat cukup untuk menjadi sebuah lagu.

Tuesday, August 15, 2017

[Pengalaman] Saya Si Penggemar Coldplay

Sampai saya hampir berusia kepala '3', satu-satunya konser siaran langsung benar-benar mengubah hidup saya. Selasa, 6 Juni 2017, berbekal tiket menang nge-beat dari e-Bay, saya bisa nonton konser Coldplay di Munich. Konser ini memberi banyak pemebelajaran juga ternyata.

Dua minggu sebelum konser berlangsung, terjadi aksi teror di konser Ariana Grande di Manchester, Inggris. Berita itu saya baca dari pop-up majalah di smartphone tepat ketika saya bangun tidur. Sontak saya teringat konser Coldplay yang sudah saya nantikan semenjak dua bulan selanjutnya. "Hmmmm, apa jual lagi aja di e-Bay ya, gimana kalau ada apa-apa..."

Akhirnya saya memutuskan untuk "rehat"dari ketakutan itu, dan berusaha menghafal lirik lagu Doldplay terutama dari album terbaru mereka supaya nanti bisa nyanyi bareng. Dan anehnya, perasaan lain muncul lebih kuat, kegembiraan. Lagu Colplay yang judulnya "Yellow", saya dengar ketika mulut ini cuma bisa mengimitasi bahasa inggris supaya terdengar sama, dan terkesan hafal, tanpa saya mengerti artinya. Lagu "In My Place" saya tahu dari Kakak saya juga yang merupakan penggemar Coldplay--jaman itu CD mahal banget, tapi Kakak saya beli CD original Coldplay.

Hari itu pun tiba. Berhubung saya membeli tiket berdiri, saya dan teman rela mengantri dua jam sebelum gerbang dibuka untuk mendapat tempat yang sip. Tubuh saya tidak begitu tinggi dibanding orang-orang lokal yang datang. Untuk konser berikutnya, saya belajar untuk mempersiapkan tubuh yang fit dan sedikit lebih kekar. Didesak kiri, kanan, depan, belakang, cukup bikin sakit kepala.

Keamanan di sekitar konser, sangat amat super diperketat. Tidak ada tas diperbolehkan untuk dibawa ke dalam stadion. Dan untuk pergi ke tempat penitipan, saya harus mengantri panjang lagi... Terjadilah perpisahan dengan tas coklat kesayangan yang umurnya baru 1 tahun. Banyak penonton wanita meninggalkan tas di luar, seakan tas tak ada artinya dibanding Coldplay yang menunggu di dalam. Setiap orang yang masuk benar-benar diperiksa oleh polisi.

Ketika Chris Martin sang vokalis, berlari masuk ke area panggung dengan lagu dari album mereka "A Head Full of Dreams", mereka ternyata n.y.a.t.a. Bukan berlebihan, tapi seumur-umur bertemu dengan idola dari luar negeri hanya mimpi. Melihat video mereka di Youtube saja sangat menghibur hari-hari lelah saya, tapi mendengar live, dan melihat mereka jingkrak-jingkrak di panggung, itu w.o.w.

Coldplay - Every Teardrop is a Waterfall


Satu lagu yang paling mengena, dan selalu ada di semua playlist saya, "Yellow", adalah lagu yang paling saya hafal awal sampai akhir. Ketika lagu itu dimainkan, rasanya kebahagiaan yang gak bisa digantikan dengan menonton video mereka meskipun di layar TV raksasa. Rasa sakit kaki yang kena injak penonton di kiri kanan, dan kaki pegal karena berdiri berjam-jam, hilang semuanya.

Coldplay - Yellow

Dua jam Coldplay memainkan lagu tanpa stop, terasa seperti 10 menit. Ketika konser selesai, entah kenapa saya teringat kembali akan kejadian teror di Konser Ariana Grande. Setiap penonton yang datang, mungkin sama seperti saya, ingin bertemu dengan idola mereka. Dan ketika suatu kejadian yang tidak diinginkan terjadi, akan membuat orang mungkin ragu atau berpikir untuk pergi menikmati konser seperti ini. Bukankah ini definisi baru penjara karena rasa takut? Penjara yang sebenarnya abstrak. Berhati-hati itu sangat perlu, tapi terpenjara rasa takut, saya rasa tidak. Rasa bahagia saya melihat band idola di atas panggung, meloncat dan bernyanyi bersama ribuan penonton yang lain, adalah pengalaman hidup yang benar-benar mengubah saya. Selama ada kesempatan, lakukanlah. Selama ada waktu, cobalah.


Selingan istirahat,
Freising, 15 Agustus 2017

Monday, August 14, 2017

[Prosa] Komparasi Satu Sosok dan Lirik Lagu

Sosok itu datang dan sudah pergi juga. Ketika itu keberadaannya bersamaan dengan sebuah lagu yang hampir selalu kudengarkan setiap hari. Lirik indahnya adalah selalu kubuat komparasi dengab angan polos. Ya, ketika sosok itu pergi, luluh lantah hati teriris tak sanggup dengarkan liriknya lagi. Hasil komparasi yang mutlak salah dan tak bernilai.

Waktu... ya waktu yang akhirnya mengajarkan arti bahwa lirik itu hanyalah lirik. Hari ini aku bisa tersenyum mendengarkan lirik itu. Tersenyum, karena aku baik-baik saja dan juga membaik.

Sunday, January 18, 2015

[Pengalaman] High Definition di Tangan Pelukis

Setelah setahun blog ini kosong, (ngomong ke diri sendiri): yuk nulis lagi Va! ^^

Sabtu, 17 Januari 2015 adalah kali pertama saya mendatangi Art Exhibition. Bukan inisiatif diri sendiri tentunya, melainkan karena diajak kolega yang emang doyan menikmati Art. Berlokasi di Staatliche Kunsthalle Karlsruhe, datanglah saya di pagi berkabut dan sangat dingin untuk mengetahui seperti apa sih pameran lukisan.

Perlu diketahui bahwa saya sama sekali gak ngerti soal lukisan, gimana cara menikmati lukisan. Sedikit pengakuan, waktu masih kecil pernah diikutsertakanlah saya ini dalam sebuah les gambar. Dua tahun les, gak ada kemajuan. Gambarnya tetep jelek (dan memang gak ada minat). Kunjungan ke pameran kemarin ternyata bisa memberi kesan yang berbeda tentang seni lukis. Hal penting pertama: pameran ini gak terlalu besar, gak terlalu kecil, jadi kepala gak terlalu nyut-nyutan untuk menikmati lukisan. Hal penting kedua: ada audio guide untuk beberapa lukisan yang cukup terkenal, dan menjelaskan metode kerja dan sedikit sejarah sang pelukis (menambah wawasan ^^ ).

Pameran yang diselenggarakan kali ini merupakan pameran lukisan dari Edgar Degas, seorang pelukis asal Paris, Perancis (1834-1917). Judul pameran adalah "Klassik und Experiment" atau "Klasik dan Eksperimen". Pengetahuan pertama tentang pameran lukisan: Pameran lukisan Degas ini diadakan di Karlsruhe, tapi banyak lukisan sebenarnya berada di luar Karlsruhe, Jerman. Jadi ketika penyelenggara hendak menampilkan karya Degas, mereka akan mengumpulkan hasil karya Degas yang sudah tersebar di seluruh dunia. Ada lukisan yang dimiliki museum kota atau negara lain di luar Jerman, ada juga yang sudah menjadi milik pribadi. Di samping setiap lukisan yang dipajang, akan dituliskan judul lukisan, kapan dibuat Degas, dan ada di mana sebenarnya lukisan ini disimpan saat ini.

http://www.museumsyndicate.com/item.php?item=1583
Edgar Degas

Berhubung dilarang mengambil gambar dalam bentuk apa pun di dalam ruangan, beberapa gambar lukisan yang ada di blog ini adalah lukisan yang dipajang di pameran kemarin, diambil dari sumber internet (http://commons.wikimedia.org/wiki/Edgar_Degas?uselang=de). Nah, lukisan di atas adalah lukisan Degas yang digambar oleh Degas sendiri. Metode membuat sketsanya adalah sambil bercermin. Di bagian pertama ruang pameran, lukisan yang ditampilkan adalah self-portrait orang-orang jaman itu. Berhubung jaman dulu gak ada teknik selfie dan kamera digital, bagi keluarga-keluarga kaya, mereka akan memanggil pelukis untuk membuat 'foto' mereka. Sempat merinding, melihat gimana hasil lukisan Degas di sana, so reaaaaaaaaal. Garis wajah, proporsi badan, lipatan mata, juga garis urat di telapak tangan bagian belakang.

Edmond and Theresa Morbili



Bisa dibilang, lukisan-lukisan ini merupakan lukisan yang masih sifatnya klasik. Pada jamannya, lukisan itu harus tegas, terlihat realistis.

Perusahaan wool di New Orleans
Orkestra



Namun Degas dikenal sebagai seorang revolusioner. Dobrakan yang dibuat Degas adalah dengan menciptakan warna-warna pastel. Berhubung saya bukan ahli lukisan (silakan dikoreksi jika salah), tapi garis tegas yang ada di lukisan-lukisan sebelumnya yang memperlihatkan perbedaan warna menjadi semakin tipis. Terkesan abstrak, tapi gak abstrak juga (makin keliatan kan amatirnya soal lukisan).





Dan bagian favorit dari pameran kemarin adalah "Die Landschaften" atau "Landscape". Menurut keterangan di audio guide, untuk satu lukisan ini, Degas bisa membutuhkan beberapa hari, karena satu warna akan ditimpa warna lainnya.




Dari lukisan penari balerina dan juga landscape Degas inilah, beliau dikenang sebagai seorang pelukis revolusioner, yang berani mencari metode baru dalam melukis.

Muncul beberapa pemikiran dalam otak (dan hati) saya. Pada jaman itu, belum ada kamera, tapi tangan seorang penulis bisa 'memfoto' objeknya dengan sempurna. Pada jaman itu, belum ada kata resolution MegaPixel atau High-Definition, tapi betapa luar biasanya sang pelukis bisa melukis detail dari lukisannya dengan proporsi yang tepat. Pada contoh gambar Pantai, ketika saya melihat langsung, ada siluet orang di berdiri di pasir--saya menajamkan mata saya untuk melihat lebih jelas. Looks so reaaaal, not just a dot and lines *takjub*

Kata bijak yang bisa disusun setelah mengunjungi pameran kemarin: Kamera digital adalah karya manusia yang bergantung pada ukaran pixel. Tapi tangan pelukis adalah karya Tuhan yang luar biasa yang dilengkapi talenta :)



Landau, 18 Januari 2015
-Vava- 

Saturday, October 19, 2013

[Pengalaman] Naluri All-You-Can-Eat versus Peringatan Electricity-Malfunction

Semenjak berpindah tinggal di kota Freising sini, ingiiiin sekali mencoba restoran sushi all-you-can-eat di sebuah mall di Muenchen. Dan berhubung hari ini saya harus perpanjang passport yang akan habis masa berlakunya di Muenchen juga, jadi sudah sejak cukup lama, saya dan kakak2 dan kakak2 ipar saya merencanakan makan sushi bersama terus saya pergi untuk perpanjang passport.

Di restoran yang hendak kami kunjungi ini ada dua tipe durasi all-you-can-eat, 30 menit dan 1 jam. Berhubung kami kalau makan sepuasnya brutal, tampaknya 30 menit akan sangat cukup untuk melahap nasi kenyal ala jepang itu. Berhubung saya juga baru dapat rejeki dari hasil kerja, jadi ceritanya hari ini adalah traktiran kakak2 dan kakak2 ipar ^^

Tibalah kita di mall yang bersangkutan. Ketika mau masuk pusat perbelanjaan, ada kejanggalan. Beberapa toko padam lampu. Dengan kemampuan bahasa Jerman yang masih pas-pasan, saya menangkap dari announcement informasi bahwa ada masalah dengan Strom (di bahasa Jerman electricity itu Strom, mirip ya sama setrum kalau di Indonesia --> gak penting). Masalah dari pusat listrik dan belum tahu berapa lama akan berfungsi normal lagi.

Tiba-tiba kami langsung berpikir, wah, kalau sampai restoran sushi terganggu juga, conveyor mesin running sushi gak jalan, gimana dong. Mendadak sedih. Sudah sejak lama memimpikan makan sushi itu :( (--> makanan favorit). Akhirnya kami menuju restoran dan melihat semua berfungsi normal. Senang! ^^

Setelah bayar di kasir dan juga beli minuman, kami langsung panik. Dalam otak: 30 menit! Ayo makan sushi! Kami duduk di dua meja terpisah karena dengan pikiran supaya lebih dekat ke mesin conveyor sushi :)

Hap, hap, hap, selama 15 menit senang sekali rasanya melahap sushi yang rasanya begitu lezat. Padahal seminggu ini cukup keras saya berusaha menurunkan berat badan hasil ngemil makanan manis dari musim panas kemarin. Tapi tak apa lah, 30 menit!

Setelah 15 menit pertama, dapatlah kami pengalaman tak terduga. Orang Jerman bakal bilang, "Unglaublich" alias gak percaya dengan apa yang terjadi. Awalnya kami tidak begitu memperhatikan, mungkin karena mulut lebih fokus dibanding telinga. Dari speaker announcement terdengar lagi pemberitahuan. Dan kali ini dalam dua bahasa, Jerman dan Inggris. Dan yang bikin kami 'sadar' adalah pengumuman ini diulang tanpa henti.

Ternyata: "Semua pengunjung diharapkan keluar dari gedung segera, karena ada malfungsi listrik. Tidak perlu panik." Setelah kami tersadar akan pengumuman tersebut, "Terus gimana nih? Lanjut makan atau keluar?" Dengan cepat kami sampai pada kesimpulan, "Sampai diusir sama yang punya restoran dan semua orang keluar deh." Karena memang yang punya restoran pun masih mengisi conveyor dengan piring-piring sushi yang baru. Dan kami lihat di restoran lain yang tepat bersebelahan, orang-orang masih makan dan pegawainya pun belum panik.

Awalnya kami sudah cukup merasa panik dengan durasi 30 menit, sekarang ditambah dengan announcement yang tidak berhenti didendangkan bagai alunan musik yang biasa diputar di cafe. Akhirnya yang kami lakukan adalah menaikkan kecepatan makan. Dan kami bertanya kepada pekerja restoran, dan yang bersangkutan pun belum mendapat mandat dari atasan.

Setelah 3 menit berlalu akhirnya kami sadar restoran sebelah sudah kosong dari pengunjung. Dan restoran all-you-can-eat ini masih cukup ramai :))) mungkin karena orang berpikir mereka sudah membayar untuk durasi yang ditetapkan. Sambil berusaha masih melahap dengan kecepatan penuh, kami pun memutuskan rasanya sudah saatnya kami harus keluar. Dan pegawai restoran sudah terlihat panik membereskan apa yang bisa mereka bereskan. Pertama kali rasanya diusir dari mall.

Ketika kami keluar, semua orang masih kebingungan, termasuk semua pegawai yang bekerja di mall tersebut. Tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi. Akhirnya kami terdampar di pelataran depan mall tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Dan masih cukup banyak pengunjung yang masih baru keluar dari gedung (--> kami bukan yang terakhir hehehe). Akhirnya karena masih belum punya tujuan, kami menunggu di depan gedung mall dan melihat cukup banyak mobil polisi dan mobil pemadam kebakaran berlalu lalang. Setelah menunggu beberapa saat, ternyata diketahui ada trafo yang berasap di pusat listrik gedung. Jadi seluruh orang dalam gedung harus dievakuasi. Bahkan jalur underground dekat mall ditutup untuk mencegah makin banyak orang yang datang ke daerah lokasi.

Huaaaaah, rasanya campur aduk! Ya lucu, ya aneh, tapi ya serem juga. Akan jadi satu pengalaman yang tak terlupakan :) Dan menjadikan acara traktiran acara yang tak terduga untuk kami sekeluarga ^^

Tuesday, August 27, 2013

[Cerita Sahabat] Setahun Kemudian



Setahun lalu, 27 Agustus 2012, berbekal rasa takut, penasaran, dan bingung, sampailah si anak ceriwis yang kadang cengeng (baca: yang punya blog ini) di sebuah negara yang bernama, Jerman. Dengan rambut yang masih pendek sebahu, dan berjuta rasa ketidaktahuan menjadi modal buat melanjutkan sekolah.

Kata orang kuliah di luar negeri itu asik. Gak waktu kepeleset lagi jalan kaki ke sekolah gara-gara salju.

Tapi kok gak ada yang bahas kalau kuliah di luar negeri, terutama di kota terpencil yang kadang orang dari kota besar aja gak tau keberadaan kota ini, kadang membawa kegalauan.

Kata saya, kuliah di luar negeri itu perjuangan untuk belajar dalam bahasa yang berbeda.
Kata saya, kuliah di luar negeri itu pengalaman pertama kali ngurus diri sendiri, benar-benar sendiri.
Kata saya, kuliah di luar negeri itu bikin sengsara kalau kangen rumah, keluarga, dan teman-teman di tanah air.
Kata saya, kuliah di luar negerti itu bikin sadar berharganya namanya tukang gorengan pinggir jalan, naek angkot dan bisa nyetop di mana saja.

Di ”anniversary“ jadi perantau ini ada hal yang sangat berkesan. Sebenarnya awal ceritanya gak enak. Papa tercinta harus dioperasi usus buntu kemarin siang waktu Indonesia (puji Tuhan saat blog ini ditulis, Papa sudah pulih. Sekarang teknologi makin canggih dan obat-obatan makin bagus, jadi semua berjalan lancar ^^).

Pertama kalinya merasakan benar-benar loh Jerman – Indo itu jauh! Gak bisa pulang karena masih ada kerjaan di kampus (dan gak ada tiketnya *curcol*). Tapi terima kasih kepada inventor komputer dan internet, saya bisa menelepon Mama dan Papa untuk nanya kabar.

Google Maps said so: Weingarten Cikarang itu jauuuuh  :(

Kemarin, seorang senior inisial ’A‘ kemarin kirim whatsup dan nanya, “Fa, Papa kenapa?“ (asumsi saya, dia tahu dari tulisan status galau saya di jejaring sosial).

Siang ini, di lab, sambil mengantuk sangat karena cuaca yang adem dan langit yang mendung, Kakak saya memanggil di sebuah window chat, “Fa, Sk*pe bisa gak? Temen-temen kantor lu pada dateng jenguk Papa nih.”

Terharu.

Rasa ingin menjenguk Papa di rumah sakit sangat terwakilkan oleh kehadiran teman-teman.

Sk*pe-an sekitar 3 menit, lihat temen-temen kantor yang tetap unyu-unyu kaya setahun yang lalu (walau rada kotak-kotak berpixel karena sinyalnya ampun deh) dan juga denger suara ketawa mereka yang dulu hampir didengar setiap hari gara-gara saya yang jadi objek ketawaan mereka.

Sebelum naik pesawat :'( Bandara SoeTa 26 Agt 2012 (Courtesy: Prita Meilanitasari)

Setahun tepat saya berpamitan kepada suatu keluarga kecil yang saya kenal dari tempat saya bekerja sebelumnya. Tempat pertama kali saya mengenal arti kata “kerja“ yang sebenarnya setelah tamat kuliah. Siapa sangka walaupun cuma bertahan satu tahun (malah kurang hehe) di sana karena memutuskan untuk melanjutkan kuliah, ternyata friends will be friends. Saya menemukan orang-orang terbaik di sana :)

Pulang dari lab, langsung saya cari scrap-book hadiah farewell dari mereka. Belum sempat diabadikan secara digital sebelumnya, tapi sekarang semua halaman sudah tersimpan rapih di komputer.





 






Terima kasih :)

Sunday, September 9, 2012

[Pengalaman] The New Adventure is About To Begin


The evening sight of Basilika from my room


I called myself ‘the blessed one’ because I flied across the continent and reached in Europe safely to continue study here, in Weingarten, Baden-Württemberg, Germany. Weingarten is small city with its area is 12.17km2 and the population around 24,000 people. I haven’t explored the city much. All I’ve known is dormitory, campus, church, and another important: supermarket to buy food.

Basilika St. Martin. 10-minutes-walk from my dormitory

Great scluptures and paints inside the Basilika

City view from Basilika

Building beside the Basilika (still searching what it is used for nowadays)

Green is everywhere here :)

Every city in German has Spielplatz as public-place so the children has their place to play

My new campus is great. It feels so homely, greeny, and quite near from the dormitory. I just realized.. i forgot to take a picture of the main building ^^ haha, i took it from the website ^^

Hauptgebaude of Hochschule Ravensburg Weingarten
http://www.bw-cct.de/brcms/bilddaten/bild59_0.jpg



Bench area in front of the main building


New hobby: take a picture of trees. The weather was so nice today ^^

Ah ya, one my first day here, I met my first friend from India, her nama is Archana. We have walked together on this sunny Sunday to the campus, seeing the meeting room for tomorrow.


Archana and me in our new campus

The other thing that successfully made me astonish is my extraordinary room. It’s much bigger than I thought before. It is fully furnished. But one thing that made me laughed at the first time here was the-high-cupboard-that-I-can-not-reach.


Finally fineshed to arrange all stuffs ^^

Lot of my stuffs were given by my special friends. I brought all of those things, and put it on my table and book rack. 

Memory-book, Korean-souvenirs, and Scrapt-book

High-school-photos,  Sepeda-ontel,  Special-video-on-the-box, Message-for-Nurnberg-Stay-at-My-Brother's-place, and New-Microcontroller-from-My-Brother, Digital-frame, Cute-teddy-with-bracelet,  ^^

Thanks for all of my families and friends who help me since the beginning of the application. It's time for me now struggle and survive on this new adventure. ^^

[Pengalaman] Pengharapan, Keyakinan, dan Cinta

"Hope, Faith, Love" ciptaan  Eric Whitacre. Kenapa tiga kata kerja ini yang dipilih oleh sang komponis? Hope - Penghara...