Sunday, September 9, 2012

[Pengalaman] The New Adventure is About To Begin


The evening sight of Basilika from my room


I called myself ‘the blessed one’ because I flied across the continent and reached in Europe safely to continue study here, in Weingarten, Baden-Württemberg, Germany. Weingarten is small city with its area is 12.17km2 and the population around 24,000 people. I haven’t explored the city much. All I’ve known is dormitory, campus, church, and another important: supermarket to buy food.

Basilika St. Martin. 10-minutes-walk from my dormitory

Great scluptures and paints inside the Basilika

City view from Basilika

Building beside the Basilika (still searching what it is used for nowadays)

Green is everywhere here :)

Every city in German has Spielplatz as public-place so the children has their place to play

My new campus is great. It feels so homely, greeny, and quite near from the dormitory. I just realized.. i forgot to take a picture of the main building ^^ haha, i took it from the website ^^

Hauptgebaude of Hochschule Ravensburg Weingarten
http://www.bw-cct.de/brcms/bilddaten/bild59_0.jpg



Bench area in front of the main building


New hobby: take a picture of trees. The weather was so nice today ^^

Ah ya, one my first day here, I met my first friend from India, her nama is Archana. We have walked together on this sunny Sunday to the campus, seeing the meeting room for tomorrow.


Archana and me in our new campus

The other thing that successfully made me astonish is my extraordinary room. It’s much bigger than I thought before. It is fully furnished. But one thing that made me laughed at the first time here was the-high-cupboard-that-I-can-not-reach.


Finally fineshed to arrange all stuffs ^^

Lot of my stuffs were given by my special friends. I brought all of those things, and put it on my table and book rack. 

Memory-book, Korean-souvenirs, and Scrapt-book

High-school-photos,  Sepeda-ontel,  Special-video-on-the-box, Message-for-Nurnberg-Stay-at-My-Brother's-place, and New-Microcontroller-from-My-Brother, Digital-frame, Cute-teddy-with-bracelet,  ^^

Thanks for all of my families and friends who help me since the beginning of the application. It's time for me now struggle and survive on this new adventure. ^^

Wednesday, September 5, 2012

[Pengalaman] From Jakarta to Munich



Tulisan ini didedikasikan penuh untuk keluarga tercinta dan teman-teman yang sudah mendukung proses Vava dalam melanjutkan studi ini . I love you all much.. ©

Diawali dengan perpisahan, hmm.. sebenarnya bukan perpisahan juga, tapi pamitan-untuk-sementara-waktu kepada keluarga dan teman-teman terbaik yang Vava miliki di Bandara International Soekarno-Hatta hari Minggu 26 Agustus 2012. Karena perasaan carut-marut, gak karuan, dan nafsu makan yang hilang, kemauan untuk mengabadikan momen ini di kamera poket baru Vava juga hilang.

Oke, ke detail cerita yang akan di-share. Tujuan utama Vava pergi sejauh 17-jam-perjalanan-pesawat-terbang dari kedua orangtua dan kakak yang sangat saya cintai adalah untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. Dan ini kali pertama Vava pergi sejauh itu sendiri. Proses selama di Bandara Internasional Soekarno-Hatta sampai tiba di München Airport dirangkum seperti berikut:

1.       Mobil sampai di lobby terminal 2 Bandara Soetta
2.       Mama, teman baikku bernama Tiesa, dan saya sendiri turun dari mobil mencari trolley
3.       Koper, 2 tas jinjing, 1 dus, dan 1 tas ransel dipindah dari bagasi mobil ke trolley
4.       Papa cari parkir, kami bertiga masuk ke dalam ruang tunggu
5.       Check nomer penerbangan di layar informasi. Nunggu, ngobrol sama Kakak, Tiesa, juga Mama, Papa. Lalu Kakak pulang duluan sama anak dan suaminya (karena besoknya hari Senin, Kakak dan suaminya kerja, anaknya sekolah), nangis-nangisan pamitan terakhir.

Keluarga Tercinta :)

6.       Kedatangan Damayanti (teman se-eksul waktu kuliah) yang mengejutkan dengan hadiah kenang-kenangannya. ^^ disambung kedatangan teman-teman kantor: Mbak Prita, Nana, Mas Abay, sama Mas Nanta. 2 cewek itu ngaku dateng naik motor dari kos-an di cikarang ke bandara, dan 2 cowok itu ngaku dateng dari bekasi ke bandara gendong di punggung dan tuker-tukeran *absurd, tapi kedatangan kalian membuat saya sangat terharu T_T*

Senyum pun udah kagok rasanya..
courtesy: kamera Mbak Prita

7.       Papa bilang udah banyak yang antri, jadi masuk ke tempat check-in. Penerbangan Jakarta-Doha itu ternyata FULL. Antri 1 jam, lalu kena excess-baggage-fee, bayar denda *nangis sambil ngeluarin uang dari dompet* lalu keluar lagi ke ruang tunggu dengan perasaan galau.
8.       Teman kantor nambah personil: Mbak Ijah dan kekasih (baca: Mas Bendol aka Andri), Mas Hermin, dan teman 1 batch yg unik: Rian!

Ki-Ka: Mas Bendol, Kekasih Mas Bendol, Mas Hermin, Rian ^^
courtesy: kamera Mbak Prita
9.       Lalu ke toilet dulu, cuci muka, ganti baju, pakai sepatu (karena sebelumnya pakai sandal jepit dan baju rumah hehe, kayak mau belanja ke pasar), dan disuruh makan karena belum makan malam. Mama beli burger lalu bagi 2 makan sama Tiesa seorang setengah.
10.   The hardest thing to do before the departure: pamitan. Menerima banyak hadiah kenang-kenangan, jadi barang bawaan nambah 1 tas lagi.Terima kasih sangat teman-teman! ^^


Speechless dapet banyak kenang-kenangan dari temen-temen..
Courtesy: kamera Mbak Prita

I already miss them all! You all are the best! ^^
courtesy: kamera Mbak Prita

The hardest thing to do was saying goodbye to my parents...
courtesy: kamera Mbak Prita
11.   Masuk ke dalam, ke imigrasi. Sampai kurang lebih 20m sebelum daerah imigrasi masih bisa pakai trolley. Lalu selanjutnya barang harus dijinjing. Oke, waktu itu kurang lebih 10kg di punggung, dan 10kg di tangan.
12.   Setelah selesai imigrasi, ketemu trolley! *loncat girang sambil koprol, tapi mata bengkak abis nangis*
13.   Ke gate yang dituju. Sekitar 50m sampai sebelum kawasan gate, ada mesin x-ray lagi, trolley harus ditinggal *nangis, tangan pegel angkat tas*
14.   Menuju gate, lalu waktu sampai di gate, tiketnya dikasih ke petugas di pintunya.(sebenarnya tahap ini saya failed. Nyelonong jalan ngikutin kerumunan pramugari yang jalan di depan saya, lalu Mas-nya manggil dengan agak keras, “Dek, tiketnya Dek” ehm..) Duduk manis menunggu di gate. Ketika penumpang dipersilakan naik, telepon Mama, bilang sudah mau boarding. Lalu masuknya pun gak serabutan, dipanggil dari nomer urut kursi sekian sampai sekian, dan seterusnya.
15.   Sampai di dalam pesawat sakit pinggang naruh 2 tas gede ke laci kabin. Gak dibantu pramugarinya *sedih* hehe, soalnya emang lagi penuh banget sih.
16.   Orang sebelah orang Indonesia juga, liat Vava terus nanya, “From china?” dengan sigap menjawab, “Indonesia, Mas” ^^ kekeke.. Namanya Mas Dwi, kerja di kelautan, mau ke Dubai, tapi dapat maskapai Qatar, jadi transit, terus lanjut lagi. Udah banyak ngobrol baru sadar kenapa ga minta nomer kontak ya. Baik banget Mas ini, banyak sharing tentang pengalaman kerja dia yang bisa 3 bulan gak ketemu darat. Itu pun terpaksa ke darat setelah 3 bulan karena persediaan makanan udah habis. *terus mikir kenapa gak mancing ikan aja. Bosen kali ya*
17.   Makan malam dengan menu yg lucu, appetizer: asinan Jakarta kekeke ^^ terus bobo lah sampai sejam sebelum mau landing.
18.   Perjuangan berikutnya! Nurunin tas dari laci kabin, haduh.. terus ternyata, keluar pesawat itu di lapangan udaranya, gak nyambung sama gedung transit. Jadi turun dari tangga pesawat, naik ke bis. Dan gak kebagian tempat duduk. Dan ternyata dari pesawat ke gedung transit aja makan waktu 15 menit naik mobil di jalanan sepi dan gelap karna masih subuh (belum tau waktu setempat).
19.   Sampai di gedung transit masih sepi. Lewatin mesin xray orang dan barang, terus liat jadwal penerbangan berikutnya di layar-layar televisi (merek televisinya itu tempat Vava kerja dulu loh, haha ^^). Waktu itu pukul 04.30 waktu Doha. Dan jadwalnya keluar pukul 04.41 dan penerbangan berikutnya pukul 08.20. cari gate sambil seret tas (udah gak kuat angkat, huhuhu, karena ngantuk juga sih)

Qatar-Duty-Free 

20.   Ketemu gate, duduk bentar, taruh tas jinjing di kursi, lalu pergi cari toilet. Cuci muka, sikat gigi. Terus cari water tap buat minum, haus banget. Balik duduk di tempat ninggalin tas jinjing. Foto situasi sedikit, lalu baca buku pemberian Damay dan Mbak Prita. Nangis deh..

Gate untuk penerbangan ke Munich
 
21.   Tiba pukul 07.20 dan sudah siap untuk boarding. Masuk ke gate. Gatenya itu pintu keluar masuk ke bis lagi. Naik bis, dan gak kebagian tempat duduk lagi hehe..
22.   Sampai depan pesawat, baru sadar, naik tangga ke pesawat itu gak ada eskelator otomatis ya. Menyiapkan semangat dan tenaga ngangkat tas lagi. Dan berhasil! Sampai masuk laci kabin lagi. Duduk, keringetan, langsung minta minum 2 gelas ke pramugari haha.
23.   Cuaca di Doha udah terik banget walaupun baru jam 07.40 waktu Doha. Tutup kaca, karena duduk deket kaca. Sebelah Vava orang asing. Karena cape jadi malas ajak ngobrol. Pasang headphone dan nonton Tarzan Disney! Hehehe.. makan, terus tidur.
24.   Sejam sebelum landing bangun lagi karena denger announcement dari kokpit. Landing. Nafas lega deh. Turun dari pesawat ke imigrasi sambil seret tas. Proses imigrasi lancer gak ditanya macem-macem.
25.   Ketemu trolley di area baggage-claim ^^ *koprol jungkir balik* waktu baru ke area ngambil tas, koper hitam nongol, jadi lari ngejar koper sambil nubruk orang bule *bilang sorry terus lanjut angkat koper*. Gak lama dus sama tas jinjing keliatan juga. Hore! Gak ada baggage yg hilang ^^
26.   Beresin bawaan di trolley. Gak muat hahaha ^^ gila ya, bawa 50kilo sendiri *bangga* akhirnya ransel dipanggul lagi.
27.   Keluar ke pintu without-baggage-claim, TERKEJUT. Kenapa banyak banget wartawan bawa mic sama kamera gitu. Di belakangnya ada Koko tersayang udah melambaikan tangan. Haaaa, semua rasa cape, rasa ngantuk, rasa kesel karena belum mandi seharian itu hilang. Ditambah liat Kakak-ipar (istrinya Koko) sama keponakan lucu di trolley dorong.

Kiri: Koko, Vava, David. Kanan: Sosoh, Vava, David :) finally in Munchen!
Courtesy: Kamera Ko Leo dan Soh Diana :)

28.   Dan ada banyak wartawan itu seriusan. Karena Javi Martinez pemain Spanyol yg mau main di Bayern Munchen juga landing hehehe :p

Di tulisan ini mungkin Vava lebih banyak curhat ya. Hehe.. inti yang perlu diperhatikan saat kita mau bepergian jauh untuk kurun waktu yang cukup lama adalah:

 Sediakan waktu untuk pamitan sama orang-orang terdekat. Buat nambah semangat dan mengurangi rasa sedih ^^
Persiapkan barang bawaan seringkas mungkin. Tapi percaya deh, rasanya satu kamar tidur kita pengen kita bawa. Semua barang yang terbiasa dipakai sehari-hari itu menyedihkan untuk ditinggalkan, hehe..
Cukup istirahat dan makan sebelum bepergian jauh. Walaupun kesannya cuma duduk di pesawat yang sebenarnya nyaman, badan kita beberapa belas jam gak bisa berbaring dan itu sangat bikin capek.
Banyak minum. Gak usah malu manggil pramugari untuk lagi dan lagi minta air mineral. Kurang minum itu bikin badan gak enak dan tambah capek.
Sediakan sabun cuci muka, sikat gigi dan odol di tas kabin. Karena gak ada kesempatan buat mandi, cuci muka dan sikat gigi itu harus dilakukan buat menyegarkan badan lagi, dan tentunya menjaga kebersihan gigi ^^
Banyak berdoa sebelum, saat, dan sesudah perjalanan. Hmmm.. sebenarnya doa itu bukan cuma pada saat kita mau melakukan perjalanan pergi ya, tapi setiap harinya. Tujuan utama menurut Vava dalam berdoa adalah untuk bersyukur atas apa yang sudah kita peroleh saat ini. Dan tujuan selanjutnya adalah untuk minta perlindungan atas apa yang kita lakukan. Banyak banget kalau kita mau sadari kejadian-kebetulan, atau kata orang sih lagi-hoki. Nope, it didn’t happen coincidentally, it happened as God’s gifts unto us J

Friday, August 10, 2012

[Cerita Sahabat] Coincidence? No, it's a blessing!


Tulisan ini menceritakan perjalanan aku bersahabat dengan seorang anak perempuan manis (anak perempuan atau wanita ya?) bernama Yovita Diane Titiesari, dipanggil Tiesa. Ini dia anak manis tersebut:

Tiesa di pelataran International Choir Competition Cantonigros, Spain, 2009

Siapakah gerangan Tiesa ini? Tiesa adalah siswi SMP Santo Aloysius angkatan 2001 yang datang PALING AWAL di hari pertama Masa Orientasi Siswa (MOS). Kenapa aku bisa tahu dia yang datang pertama? Karena aku adalah orang kedua yang datang ^^ hehehehe...


Lambang sekolah di mana kami bertemu ^^

Berhubung TK dan SD aku berasal dari yayasan yang sama, di mana kompleksnya juga sama, jadi perasaan pagi itu datar-datar aja. Tapi pasti banyak teman baru, karena yang asalnya di SD ada 3 kelas aja (sekitar 150 anak per angkatan), di SMP ini aka nada 7 kelas. Tiba di depan aula tempat MOS diadakan, aku melihat seorang siswi sudah berdiri di depan. “Oke, rekor paling pagi vava udah ada yang ngalahin lagi aja..” ngomong dalam hari sendiri. “Ok, bukan dari Aloy nih, mari kenalaaaan..” ngomong dalam hati sendiri, lagi.

“Halo, mau MOS juga kan? Saya Fatma, tapi panggil Vava aja,” sapa senyum lebar sambil nyodorin tangan untuk salaman.

“Halo, aku Tiesa,” jawabnya manis.

Jujur sejujur-jujurnya, gak terlalu ingat apa aja yang kita bicarakan pagi itu sampai banyak anak lain datang dan kita mengikuti MOS. Cuma tahu, namanya Tiesa, asalnya dari Cimahi, kalau ke sekolah butuh 1 jam lebih (sementara aku ini masih dianterin Papa pakai mobil dan Cuma butuh 20 menit aja). Kagum. Sangat.

Lebih lanjut, kami gak pernah sekelas selama SMP. Tapi ternyata kami ikut les bimbingan belajar bersama di seberang sekolah. Nama guru lesnya itu Pak Anton, jadi ya kami bilangnya ‘les Pak Anton’, bukan ‘les pelajaran’. Hal yang membuat kami nyambung adalah ternyata kami mengidolakan seorang kiper Spanyol tampan di bawah ini:


Poster yang persis ada di kamar Vava waktu SMP dulu :p

Yap! Iker Casillas, kiper timnas Spanyol yang nampil di World-Cup 2002 karena keberuntungan; kiper utamanya Canizares kecelakaan otot tendon gara-gara kejatuhan botol kaca di kamar mandi. Dan ternyata Iker ini sangat menarik perhatian kami dan banyak anak perempuan lainnya, sehingga kami rela beli majalah bola yang harganya cukup mahal, karena ada poster Iker sebagai bonusnya. ^^ (gak tau mau ketawa lucu apa malu rasanya lihat kelakuan masa lalu)

Mendadak kami naik ke jenjang SMA. 3 tahun, gak sekelas sama sekali. Tapi tetap bersama les di Pak Anton. Kami ikut ekskul paduan suara bersama, dan pada saat kepengurusan, kami bareng jadi ketua-wakil ketua. Jodoh ke mana-mana deh. Sebenarnya part mengenai kepengurusan ini seru untuk dibahas, tapi bisa jadi satu novel sendiri, jadi pada tulisan selanjutnya ya ^^

Ada acara penghijauan bersama, study tour ke Bali, juga liburan ke Pangandaran bersama ekskul. Berikut sedikit foto unyu kami waktu SMA ^^



Some memories in High School ^^

Kelas 3 SMA adalah saat pertama kali kami merasakan kegalauan yang amat sangat. Saatnya UAN dan ujian masuk perguruan tinggi. Temen manis satu ini udah yakin mau daftar kedokteran dan farmasi. Sementara saya uring-uringan dan baru mengisi jurusan tepat di depan loket pengembalian. >_< Setelah menyelesaikan UNAS, kami mengikuti bimbingan persiapan SPMB, kembali bersama-sama. Bimbingan setiap hari (serasa sekolah lagi aja), ikut try out, pusing liat nilai try out jelek, berdoa bersama, galau-galauan bersama.
Apakah hasil SPMBnya? Kami kuliah di PTN yang sama dengan jurusan yang berbeda. Tiesa masuk jurusan Farmasi, sementara saya selalu dikira anak Farmasi juga sama semua anak unit gara-gara ke mana-mana seringnya bareng Tiesa (oke, untuk informasi, saya jurusan Teknik Elektro ^^ ) 

She studied Farmakologi, and I'm studied Elektronika :)

Tapi kami memilih unit yang sama: Paduan Suara Mahasiswa ^^ jadi ya setidaknya seminggu sekali atau dua kali pasti ketemu waktu latihan. Dari kostum nyanyi cantik berbatik sampai kostum Tari Saman, karena kami jadi penari juga, ada:


Cantik dengan dress batik, Keren dengan baju Tari Saman ^^

Namanya rejeki itu gak ada yang bisa tahu. Di tahun 2009, kami berangkat ke Eropa untuk mengikuti perlombaan paduan suara internasional. Dua anak muda berangkat, ke mana-mana berdua. Kalau ada objek bagus, mau foto, gak enak minta senior fotoin, akhirnya kami tukeran foto. Jadi isi kamera aku itu foto Tiesa semua, and vice versa. Hasilnya seperti di bawah ini, posisi sama, objek yang difotonya aja yang diganti :p



On Prague street after cultural concert :)
In front of Sagrada Familia, Barcelona

Akhirnya ada sih beberapa foto kami berdua. Haha, tapi maklum, umur labil, jadi fotonya pun agak labil :p


At Europe, beautiful continent, with great friend :)

Hal paling amazing adalah, di hari terakhir sebelum pulang, jam 9 malam, saat langit di sana baru mulai redup (waktu itu summer), kami makan McD bareng di tangga-tangga taman sambil memandang La Tour d’Eiffel yang mulai berkelap-kelip. Seperti mimpi. Biasanya kami ini jajan nasi gudeg atau batagor depan sekolah sambil ngomongin soal cowo yang kami kecengin. Itu dia, rejeki itu pasti udah ada yang atur ^^


Originally taken by me, myself! ^^

Di tahun 2011, kami berhasil memenuhi janji bersama: lulus Juli, dan wisuda bersama J Pada proses kami masing-masing menjalani TA, penuh air mata dan sms putus asa pokonya. Tapi Puji Tuhan, kami bisa tersenyum bersama menggunakan kebaya dan toga di hari yang sama J


Graduation day~~~! ^^

Kurang-lebih 2 bulan saya sudah mulai kerja di Cikarang sesudah lulus kuliah, suatu hari waktu makan siang, HP saya berbunyi ada sms masuk dari Tiesa, yang kurang lebih bunyinya, “Beps, kayanya aku dapet tempat KP di Jababeka 1. Kalau kamu di Jababeka berapa, Beps?” Oke.. Even udah cukup menjauhi ke Cikarang, masih aja kami ini jadi pegawai pabrik di kawasan yang sama. Dan ketika terjadi demonstrasi buruh besar-besaran di kawasan Cikarang awal tahun 2012, kami menderita bersama terjebak di kawasan, gak bisa pulang ke Bekasi.

“Friends in good and bad times, totally true!”


We're in 2012. She is become more more beautiful in her style^^

Dan hari ini, kabar gembira datang lagi, Tiesa sudah menyelesaikan ujian tertulis dan oral Apotekernya J I’m so so so proud of you darling! Tinggal 1 step lagi untuk Tiesa dapat gelar Apt. di belakang namanya. Tetap semangat ya!!! Salam dari Bekasi untukmu malam ini!!! ^^




And if I should ever go away
Well then close your eyes and try
To fell the way we do today
And then if you can remember
Keep smiling, keep shining
Knowing you can always count on me, for sure
That’s what friends are for
For good times and bac times
I’ll be on your side forever more

That’s what friends are for…

(from: That's What Friends are For)




Friday, August 3, 2012

[Pengalaman] Komunikasi Membuka Relasi dan Pengetahuan

Kamis, 19 Juli 2012 

Pukul 08.30 saya sudah berdiri di depan Kedutaan Besar Jerman untuk mengambil visa. Proses visa yang saya ajukan akhirnya sudah selesai diproses oleh Kantor Imigrasi Jerman. Agustus akhir saya akan melanjutkan sekolah ke Hochschule Ravensburg – Weingarten, Jerman. Tulisan ini bukan membahas soal sekolah atau keberangkatan saya nanti, tapi secuplik kejadian kecil dalam proses persiapannya.


Proses pengambilan visa adalah dengan menyerahkan passport ke loket visa sebelum pukul 10.00, dan passport-visa selesai diproses setelah jam makan siang, pukul 13.00. Waktu itu kedua orang tua saya tercinta ikut mengantar. Setelah menyerahkan passport ke loket, kami bertiga menunggu di Grand Indonesia, sambil bersantap siang. Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 12.00, saya memutuskan untuk ke kedutaan dengan berjalan kaki, karena jika menggunakan kendaraan orang tua, kami akan terjebak dalam kepadatan lalu lintas siang itu.


Kira-kira 15 menit, saya sudah tiba di depan kedutaan. Gerbang masih ditutup, akan dibuka tepat pukul 13.00. Sudah tampak seorang laki-laki yang kira-kira seumuran saya, juga menunggu di depan gerbang kedutaan. Karena cuaca cerah dan cukup panas, saya akhirnya memilih duduk di depan gerbang yang agak teduh karena bayangan pohon. Laki-laki itu ikut duduk di sebelah saya. Saya lirik jam, baru pukul 12.25. Masih lama dan terasa lama karena panasnya luar biasa. Akhirnya saya coba untuk mengobrol dengan orang di samping saya ini.
“Siang, Mas, mau ambil visa juga?” tanya saya agak ragu, kuatir orangnya tidak akan menanggapi.
“Iya, Mba, tapi tadi pagi saya telat. Jadi sekarang mau nyerahin aja, besok pagi ambil lagi,” jawabnya cukup ramah.
“Hooo (kebiasaan aneh saya menanggapi sesuatu). Mas lanjut kuliah atau kerja?” tanya saya lebih lanjut.
“Saya mau kuliah S2, ilmu politik, kebetulan dibiayai sama kantor. Di Trier,” jawabnya.
“Hooo (lagi), Kakak kandung saya dulu kuliah di Trier juga, tapi sekarang sudah kerja di Nuremberg. Terus satu lagi, kakak saya juga, kuliah di Weingarten, sekarang kerja di Freising. Nah, saya mau kuliah di Weingarten itu, Mas,” celoteh saya semangat.
“Sebenernya ini udah kedua kali saya apply visa. Yang pertama ditolak. Bukan pending. Saya harus mengajukan ‘banding’ ke Departemen Luar Negeri,” katanya membuka topik pembicaraan baru. “Teman saya juga, ditolak gara-gara ga punya sertifikasi bahasa Jerman. Padahal kuliahnya full Inggris.”
Saya langsung tersentak, “Hoooo (lebih nyaring) saya juga program full Inggris, dan belum punya sertifikasi bahasa Jerman. Tapi diapprove kok.” Tiba-tiba saja saya panik takut kalau tiba-tiba visa saya akan ditolak begitu saya mengambil passport nanti.
Terkuaklah cerita tentang seorang petugas visa wanita yang kami juga tidak tahu siapa namanya. Sebutlah namanya Mawar (bukan nama sebenarnya tentu saja), terkenal akan kegalakannya dalam proses aplikasi visa. Dua tahun yang lalu, Mama saya mengajukan aplikasi visa untuk berkunjung menemani istri Kakak saya yang akan melahirkan di Jerman. Sudah merasa yakin karena semua dokumen yang diperlukan sudah dilengkapi, aplikasi oleh Ibu Mawar dipending (beda dengan ‘ditolak’. Pending itu biasanya ada dokumen kurang lengkap, sehingga kita diminta untuk kembali lagi menyerahkan seluruh dokumen pada appointment selanjutnya). Mama diminta menyertakan surat asli, dokumen undangan dari Kakak saya.
Hal yang sama terjadi pada Mas tersebut (belum sempat berkenalan menanyakan nama, kami sudah ngobrol asik). Mas tersebut sudah lulus tiga tahun yang lalu, dan Ibu Mawar meminta semua bukti kerja dari semenjak beliau lulus. Agak mengada-ada, karena untuk keperluan visa studi yang diminta sebenarnya adalah: Ijazah SMA dan S1, surat penerimaan dari universitas di Jerman, passport, bukti keuangan, dan pas photo untuk visa.
Kasus lain oleh Ibu Mawar adalah teman dari Mas tersebut yang akan mengikuti program S2 dalam bahasa Inggris, diminta sertifikasi bahasa Jerman. Padahal pada website dituliskan , “Sertifikasi bahasa Jerman jika diperlukan untuk studi”. Pada surat penerimaan universitas dicantumkan dengan jelas apakah program dijalankan dengan bahasa Jerman atau Inggris. Teman Mas tersebut akhirnya menunda aplikasi visa dan dia mengikuti kursus intensif. Sementara saya dulu pernah mengikuti kelas A1.1 di kampus ketika kuliah tidak mendapatkan sertifikat (karena mangkir ujian, ada ujian perkuliahan), dan saat ini belajar mandiri karena nanti program belajar dalam bahasa Inggris. Dan yang lebih saya syukuri, adalah ketika melakukan aplikasi oleh petugas visa tidak disinggung sama sekali.
Dari pembicaraan singkat tersebut, saya merasa sangat bersyukur karena semua proses aplikasi yang saya jalankan lancar, dan tidak dipersulit. Belum lagi di akhir pembicaraan, Mas Zaenal (mengetahui namanya setelah kira-kira setengah jam mengobrol) menanyakan apakah saya sudah memiliki tiket pesawat atau belum. Saya belum booking tiket sama sekali karena takut visa ditolak. Dia menginformasikan bahwa saya bisa membuat international student card di sebuah agen perjalanan, dengan hanya membayar Rp 100.000,00. Dengan memiliki kartu tersebut saya dapat mendapatkan potongan harga yang cukup besar. Sebelumnya saya cukup stress melihat harga tiket untuk tanggal keberangkatan saya mulai dari 850 USD up. Dengan kartu tersebut saya bisa mendapatkan potongan harga yang lumayan, tapi tidak semurah yang Mas Zaenal dapat, karena dia sudah melakukan booking dari beberapa bulan sebelumnya (semakin kita mendesak memesan tiket, harganya akan semakin mahal).
--- --- ---
Cerita yang mungkin sederhana, tapi buat saya, pengalaman mengobrol dengan orang baru di trotoar MH Thamrin tengah siang bolong, membuka wawasan saya. Menambah relasi, juga pengetahuan. Kita tidak pernah tahu apa yang akan kita dapatkan dari siapa. ‘Apa‘ adalah mungkin barang, berita, informasi, atau bahkan dukungan yang bisa mengubah hari yang biasa saja menjadi luar biasa. ‘Siapa‘ bisa jadi keluarga, teman dekat, teman yang sudah bertahun-tahun tidak pernah bertemu, atau orang di pinggir jalan. Untunglah saat di dalam kedutaan, saya sempat meminta alamat emailnya (tapi sampai sekarang belum saya hubungi).
Apa yang ingin saya bagikan kepada para pembaca blog ini, beranilah memulai pembicaraan dengan orang baruKemampuan kita berkomunikasi akan bertambah, juga pengetahuan kita akan bertambah. Hal lebih yang bisa kita dapatkan lainnya adalah kadang kita merasa kita ini hidup dalam keadaan paling sulit, tapi percayalah, pasti ada orang yang lebih sulit dibandingkan kita yang lebih memerlukan dukungan–kita diingatkan untuk selalu bersyukur.
Papa dan Mama yang selalu setia mendukung saya :)
Papa yang selalu mengantar anak bungsunya. 
Sebentar lagi saatnya untuk mandiri!

[Pengalaman] Pengharapan, Keyakinan, dan Cinta

"Hope, Faith, Love" ciptaan  Eric Whitacre. Kenapa tiga kata kerja ini yang dipilih oleh sang komponis? Hope - Penghara...